Lampung Timur – Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dimana hutan mangrove sendiri manjadi kawasan komunitas untuk para habitat dari beberapa spesies fauna, seperti beberapa jenis burung lokal dan transmigrasi, beberapa hewan laut dari berbagai jenis ikan, kepiting dan udang/lobster.
Hutan mangrove yang terletak di Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti memiliki 8 jenis tumbuhan dengan luas total keseluruhan mencapai 378 hektare. Menurut Samsudin (44) sebagai ketua penggiat mangrove, ketua pokdarwis dan ketua kelompok tani hutan, kegiatan penanaman pertama kali dilakukan pada tahun 2004 oleh masyarakat sekitar. Melalui edukasi dan wisata Samsudin kembali melakukan penanaman masal pada tahun 2007 melalui kegiatan GERHAN (Gerakan rehabilitasi hutan dan lahan) dengan bibit 82.500 pohon dengan luas 25 hektare. Pada bulan September menjadi bulan terbaik penanaman pohon mangrove menyesuaikan angin dan ombak laut.

Dengan tiket masuk Rp 10.000 wisatawan dapat berkunjung untuk melihat melihat budidaya bibit mangrove dan wisata di hutan mangrove sendiri kita akan eksplor hutan dengan menggunankan perahu nelayan yang sudah disediakan oleh masyarkat sekitar dengan penumpang 10 sampai 15 orang. Sewa perahu sendiri berkisar dari Rp 150.000 sampai Rp 250.000. Kita akan diajak berkeliling masuk ke dalam hutan mangrove untuk mengamati ekosistem dalam hutan melalui perahu. Mulai dari rimbunnya hutan mangrove, mengamati ekosistem hutan dari jenis burung-burung lokal dan transmigrasi, beberapa jenis ikan dan kepiting.

Lalu kita akan diajak menyusuri masuk ke dalam hutan melalui jalur tracking yang sudah disediakan oleh pengelola. Menyusuri masuk ke dalam hutan kita bisa menyaksikan kegiatan nelayan yang mencari kepiting, Samsudin mengatakan nelayan kepiting di hutan mangrove bisa berpenghasilan Rp 1 juta dalam 1 hari pada saat musim kepiting bakau.
Melanjutkan jalur tracking kita akan tiba di jembatan yang ada di tengah hutan mangrove jalur akses keluar masuk perahu nelayan, pengunjung dapat berfoto selfie sembari beristirahat makan di pondokan yang sudah disediakan pengelola, untuk makanan disediakan oleh pengelola didominasi olahan seafood yang akan memanjakan wisatawan yang berkunjung.

Yang ingin menanam bibit mangrove, pengelola juga menyediakan dari berbagai jenis bibit mangrove dan tumbuhan lainnya. Samsudin mengatakan ada 8 delapan jenis tumbuhan yang disediakan oleh pengelola yang dapat ditanam di hutan mangrove seperti jenis Api-Api Putih, Avicennia Alba, Stylosa, Articulata, Rhizophora mucronata, Bruguiera, Granatum, dan Cemara Laut.
Pihak pengelola sudah menyiapkan beberapa bibit yang siap ditanam jika pengunjung ingin menanam di hutan mangrove dan dapat ditandai atau di abadikan oleh pengunjung sebagai kenangan-kenangan.
Lalu kegiatan kembali dilanjutakan untuk susur sungai menaiki perahu. Di sini pengunjung dapat melakukan kegiatan memancing sampai laut lepas disekitaran hutan mangrove. Setelah penat berkeliling perahu akan kembali menuju dermaga awal. Sembari pulang samsudin bercerita bagaimana pengalaman beliau membuat lahan gabut yang kosong menjadi hutan mangrove yang rimbun nan hijau. Selain telusur sungai hutan mangrove, pengunjung bisa membawa oleh-oleh berupa madu Porifera Cerana dengan harga bervariasi sesuai pengemasan mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 300.000.
Kirim Komentar